TITIK ITU ADALAH


Anda mungkin juga seperti saya. Bingung menemukan titik itu, atau bahkan mungkin: belum anda tentukan.....


Baik. Kembali ke kira-kira sepuluh tahun yang lalu. Di mana saya mengalami hal terberat dalam hidup ini, yaitu hal terbesar yang telah membuat seluruh hidup dan perjalanan saya berubah, seratus delapan puluh derajat!


Yaitu: ketika saya dipertemukan dengan pilihan itu. Yang mana titik itulah yang sedang dan kita bicarakan di sini. Sebelumnya, akan saya paparkan dulu kisah singkat sebelum menuju titik ini. Saya adalah seorang kristen katholik yang sangat fanatik. Selama dua puluh delapan tahun itu hampir seluruh hidup saya tercurah di sana. Saya sangat mencintai dan menikmatinya dengan kesederhanaan yang ada padaku. Karena tidak seperti keluarga yang lain, aku hanyalah dari sebuah keluarga yang miskin di Jogja. Mungkin sebab itu, salah satu minat terbesarku adalah aktifitas keagamaan.


Aku dipermandikan di sebuah gereja ketika berusia 14 tahun, setelah beberapa tahun mengikuti sekolah permandian yang cukup melelahkan. Namun setelah itu, aku menjadi sangat bersemangat sekali untuk membaktikan diri di gereja. Aku masuk ke perkumpulan misdinar, menjadi pelayan pastur pada misa atau kebaktian yang ada, baik harian maupun mingguan, kira-kira dua tahun. Karena setelah itu aku mendapat kesempatan untuk menjadi lektor atau pembaca kitab suci pada acara misa. Cukup lama juga, hingga aku lulus SMA. Sehingga dari pengalaman-pengalaman itu memberiku keinginan untuk melanjutkannya: melanjutkan ke seminari atau semacam akademi yang mendidik dan mempersiapkan menjadi seorang pastur.

Namun sayang, cita-cita tersebut tidak direstui kedua orang tua. Maka terkuburlah sudah semua harapan selepas SMA itu. Lalu aku mulai mencari pekerjaan, karena tidak ada lagi beaya untuk melanjutkan kuliah.


Keras dan melelahkan, itu yang kurasakan ketika menapaki jenjang hidup: kerja. Namun bebera tahun kemudian aku mulai merasakan nikmatnya bekerja. Aku mendapatkan sebuah kesempatan kerja di sebuah hotel berbintang, meskipun hanya sebagai cleaning service. Tak mengapa pikirku, yang penting bisa jadi karyawan dulu. Benar juga, tak berapa lama aku mulai bisa dekat dengan general managernya yang orang bule, sehingga dengan mudah aku naik pangkat. Mungkin salah satu kemampuanku adalah mendekati atasan, yang dari sanalah aku bisa sesuka hati memilih karierku, dari departemen satu ke departemen lainnya.


Nah di sinilah titik besar itu terjadi. Aku dihadapkan pada dua pilihan yang bagiku sangat sulit. Dari pengalaman bertukar pendapat dengan rekan-rekan kerjaku mengenai agama aku mendapat sebuah kesimpulan: kebenaran islam. Namun di satu sisi aku juga mencintai keyakinan katholikku.
Beberapa bulan itu menjadi hari-hari terberat yang pernah kualami. Yang jelas pilihan itu harus kutentukan. Karena bagiku agama adalah segalanya. Di mana seluruh hidup ini berpusat. Maka mulailah aku mengerahkan seluruh jiwaku, mempelajari pilihan baruku: islam.
Sebuah kesimpulan besar kudapatkan: islam ternyata tidak seperti semua kabar buruk yang kuyakini, bahkan inilah puncak dari seluruh agama yang telah diturunkan Allah! Agama terakhir yang haq.
Hari itu, setelah dua puluh delapan tahun lebih aku memeluk agama katholik, dengan segenap keyakinan dan kesadaran kutinggalkan, aku mengucapkan dua kalimat syahadat, maka resmilah aku menjadi seorang islam baru!
Hari itulah yang kuyakini: sebagai titik terbesar dalam seluruh perjalanan hidupku ini. Suatu hari yang selalu kukenang, dengan linangan air mata kebahagiaan dan syukurku. Hari yang takkan pernah terlupa. Sebuah titik yang kemudian merubah seluruh hidupku!
0 Responses

silakan disruduq